klik gambar untuk menuju ke pembacaannya di soundcloud |
I l a l a n g
Sebatang
ilalang berdaun kuning, hujan
terlambat
datang. Musim garang meminta elang
menukik di
kejauhan. Pekik ayam jantan,
bunyi angin parau dari bukit
mencipta sunyi.
bunyi angin parau dari bukit
mencipta sunyi.
Sepotong
akar harus terbenam
berapa
dalam, menunggu kabut menjadikannya embun.
Sepucuk
surat dari parau ayam jantan, menanti alamat nasib
dari ujung
paruh maut. Di tebing-tebing batu dan debu,
angin
memukul
sampai ke
hati.
Sepotong
akar ilalang harus terlambat
berapa
dalam, hingga pucuk bersemi
mengucap
selamat pagi. Seuntai hati harus tersiksa
berapa
pedih, hingga tiba luka dan cinta saling mengerti.
Untuk
penantian suara panjang, ia menahan
hasrat cinta
tanpa luka, tanpa deru
dari batu,
tanpa lubang
dari tebing,
yang menggiring sunyi asal
segala
bunyi.
Seperti doa
rintih ayam betina
untuk
anak-anaknya, tanpa menyakiti siapa-siapa.
Tolong
katakana pada hujan, bagaimana
menghadang
cinta yang terlambat
datang?
Sebatang
ilalang berdaun kuning, menjaring kabut
menahan duka
selamat pagi, pada matahari
yang melenyapkan
embun
sebelum
siang.
Angin telah
mengirim
kabar dari
bukit, tentang sepasang elang
yang terbang
gagah
menuju
langit.
*
(Puisi Hanna
Fransisca dalam Benih Kayu Dewa Dapur, hal. 62-63)
No comments:
Post a Comment