Sunday, March 22, 2015

Pak Habibie dan Ibu Ainun




Sebuah peristiwa yang berlangsung hari ini di sebuah pulau di Timur Indonesia, mengingatkan saya pada sepasang kekasih yang penuh cinta ini. Tahun 2011 silam, saat membaca buku Habibie dan Ainun, saya merasakan betapa langkanya cinta dan kasih sayang yang dimiliki keduanya jika membandingkan dengan begitu banyaknya kisah "tak bersetia" berseliweran di sana sini, yang membuat saya meringis muak, bersedih, hingga menangis ketika melihat, mendengar atau membacanya.

Satu hal yang paling membekas di ingatan saya dari kisah cinta Pak Habibie dan Ibu Ainun adalah penyadaran dan penghargaan Pak Habibie yang tinggi akan kehadiran Ibu Ainun di sisinya. Ibu Ainun bukan hanya seorang teman hidup bagi Pak Habibie. Ibu Ainun adalah sepenggal jiwa Pak Habibie.

Pak Habibie, apabila hendak memutuskan suatu perkara, baik urusan pribadi maupun pekerjaan, selalu melibatkan Ibu Ainun di dalamnya. Selalu..

"...tunggu sebentar, ya. Saya tanya Ainun dulu.."

Demikian lelaki setia itu selalu berkata. Sederhana saja. Namun mengandung makna yang dahsyat bagi kelangsungan kehidupan pernikahan keduanya.

Ah... Betapa tulusnya. Betapa murninya.


Sementara mengenai cinta dan pengabdian Ibu Ainun sebagai seorang istri pada Pak Habibie, kita tentu telah banyak tahu perihal itu, kan? :)

Semoga saja kita yang masih hijau ini, bisa belajar banyak dan mencontohi bagaimana Pak Habibie dan Ibu Ainun saling membagi perasaan dalam genggaman tangan yang senantiasa beriringan. Aamiin...

***
Catatan sederhana ini  saya persembahkan untuk Kakak Nona yang hari ini (22 Maret 2014) resmi mengenapkan separuh Dien-nya di Ternate. Semoga berkah Allah SWT selalu tercurah pada kehidupan pernikahan Kakak Nona dan Suami. Barakallahu laka wa baraka 'alaika wa jama'a bainakuma fii khair. Aamiin... :)

No comments: