Jadi beberapa hari belakangan ini, selain buku-buku kuliah, saya terpaku pada buku puisi karya Husni Djamaluddin. Belum tuntas juga saya menyelesaikan seluruh puisi di dalamnnya. Tidak hanya karena tiap puisi perlu dibaca mendalam untuk mendapatkan pemahaman, tapi juga karena banyak yang berkategori "bagus sekaleee" makanya berulang-ulang saya membaca di beberapa halaman yang sama. Nah, salah satu halaman yang paling sering saya kunjungi, saya posting di bawah: puisi yang powerful! Saya yakin, ini puisi yang dikirim-Nya untuk melengkapi hidup akhir-akhir ini. Saya ingin puisi yang telah saya baca, bisa pula dibaca temans pembaca sekalian. Ready for transferring :
Pada malam hari
ketika aku akan bunuh diri
secangkir kopi
berisi valium dua puluh butir
kuaduk tiga sendok gula pasir
(biar terasa tidak terlalu getir
mereguk malam untuk terakhir kali)
butir-butir gula pasir
tercecer di atas meja
seekor semut datang menghampiri
dari celah deretan majalah
(kubiarkan saja, aku pikir
sebutir gula pasir
adalah rahmat yang besar
bagi semut yang lapar)
semut itu semut coklat
cermat bagai pemain akrobat
memungut lalu mengangkat
sebutir gula pasir
seraya mendekat merapat
ke dinding di pinggir meja
di mana empat rekannya
telah menanti
dan beramai-ramai
memikul sebutir gula pasir
naik
naik
memahat dinding putih
dengan susah payah
tanpa kenal letih
tanpa pernah menyerah
(aku seperti dari jendela pesawat
memandang nun di bawah sana
lima ekor unta
dengan beban berat
menempuh luas gurun sahara)
dua puluh tujuh menit
dan lima semut itu merebut puncak dinding
lalu lewat sebuah lubang sempit
di tepi langit-langit kamar
menghilang ke dalam sarangnya
membawa sebuah penemuan yang besar
: sebutir
gula pasir
kopi dalam cangkir
berisi
valium dua puluh butir
kutuang habis di kamar mandi
*
Husni Djamaluddin
Makassar, Juli 1976
*
#Di ruangan persegi yang saya tempati sekarang ini, cicak dan semut adalah dua teman sejati. :)
No comments:
Post a Comment