Oleh : Aida Radar
beberapa hari dari kemarin, setumpuk kembang dionggokkan seseorang di depan kedua mata bertameng kaca milikku
harum putik dan benang sarinya menjejali indera pembauanku hingga malam melepas jubah pekatnya di remah-remah hujan pagi tadi
aku menikmati betul kesegaran embun-embun yang menetesi tiap kelopak beraneka warna beraneka warni itu
sebetik yakin seyakin-yakinnya daku akan adanya bunga-bunga berjenis serupa itu dalam sebuah tempat yang memang mengenalkan dirinya sebagai “garden” jika matahari tengah bertengger apik tiga jam sebelum memanggang bumi
namun ternyata ke-yakin-nan yang sejak dua ahad berlalu kupegangi erat, salah makan tafsir yang dibuat-buat
wah...! silih berganti rupa bebunga milikku yang pernah tersimpan dalam kepala, telah duluan ditanam seseorang lain di ruang bernada biru putih itu
beratus beribu beratusribu berjuta bermilyar triliyunan sampai menampak sang tak terhingga, memenuhi tiap sudut langit biru dan gumpalan kapas putih
lebih indah dan berwarna dari bunga-bungaku
aku heran
hingga terbengong-bengong
bagaimana bisa bunga sebanyak itu tumbuh dan memekar di langit? bukan dalam “garden” yang memang sengaja dipilih untuk memproklamirkan bahagia itu
oh... rupanya begitu
kembang-kembang itu tumbuh dan memekar di langit biru itu karena pemiliknya telah berhasil menyempurna dien-nya yang masih sepenggal lalu
selamat! selamat! selamat!
semoga aku dapatkan hadiah bunga-bunga hingga tak terhingga yang sama dari-Nya suatu hari nanti di waktu yang masih bergelut dengan misteri
***
(untuk kak Gegge dan k’Upik yang berbahagia hari ini. Barakallahu laka wa baraka ‘alaika wa jama’a bainakuma fii khair. Maaf tulisan z tidak mengikut serta di kado super besar sahabat-sahabat FLP Sulsel tadi kak.... ^_^)
No comments:
Post a Comment