Saya sungguh ingin berada di
Makassar hari ini. Menghilang tiba-tiba dari Bandung ke Makassar. Hari ini
saja. Cukup hari ini.
Sayangnya, hayalan hanya ada di
cerita-cerita fiksi. Dunia nyata tak punya kemampuan mewujudkan
keinginan-keinginan absurd macam itu.
Hari ini di sebuah tempat di Gowa, ada sobat saya dan seorang lelaki yang dipilihnya, mengikrarkan janji
di hadapan Allah untuk saling mendampingi di hari-hari depan, saling
melengkapi, juga berbagi sukar dan senang bersama-sama.
Sayangnya, saya tak bisa menyaksikan
secara langsung di sana. Ah, saya sedih. :’(
Untunglah Allah kita yang Maha
Kasih, menyediakan doa sebagai bagian terpenting dari sebuah acara pernikahan.
Sehingga walaupun terpisah jarak dan waktu, saya doakan semoga sobat saya dan
imamnya yang mengikat hati hari ini bisa menjadi pasangan yang berumahtangga
dalam sakinah, mawaddah, wa rahmah.
Wiwi,
melengkapi catatan ini, saya
ingin membagi kutipan nasehat pernikahan yang disampaikan Bapak ke-dua saya —Bapak
Amien Rais—
pada Mbak Hanum saat Mbak Hanum akan menikah dengan Mas Rangga. Nasehat ini
saya dapati di buku tentang Bapak yang berjudul Menapak Jejak Amien Rais. Di
buku ini, Mbak Hanum menulis kata-kata Pak Amien yang sangat-sangat-sangat saya
sukai dan hapal betul:
“Nduk, pernikahan adalah berhenti
untuk saling membandingkan.”
Kata-kata yang sederhana saja,
kan? Namun bila direnungkan maknanya, inshaAllah sungguh
akan sangat berharga sekali.
Semoga nasehat dari Bapak itu bisa
menemani langkahmu dan suami di rumah cinta yang baru saja kalian bangun. Barakallahu laka wa baraka 'alaika wa jama'a bainakuma fii khair. Aamiin… ^_^
*
Peluuuuuukkk dari jauh... :D
No comments:
Post a Comment