Setelah hampir
setahun tak melihat laut, akhirnya saya berdiri di depannya. Awalnya saya
berencana melihat laut di salah satu pantai di Jawa Barat, jarak yang (mungkin)
bisa saya tempuh dari tempat studi saat ini walaupuan jarak tempuh tercepat adalah 6
jam perjalanan. Sebab terlalu ingin saya melihat laut, saya punya banyak
rencana-rencana di kepala untuk mewujudkannya. Apapun yang terjadi!
Ternyata, Allah
punya rencana yang lebih manis (terimakasih Allah-ku. ^_^) . Saya bisa melihat
laut. Bukan di tempat studi, tapi di tanah kelahiran: Laut yang dirindukan,
laut yang disimpan di dalam hati. :D
Saya lalu
percaya pada kata-kata Lord Hideyoshi Toyotomi yang saya kutip dari buku
Strategi Hideyoshi yang beberapa hari lalu saya baca. “Terbayangkan berarti terjangkau”.
Kata-kata itu memberi semacam harapan. Apa yang saya bayangkan, tentu bisa saya
jangkau! (Bila Allah mengizinkan)
Berhari-hari
sebelum liburan semester tiba, bayangan tentang laut tidak pindah-pindah dari
pikiran saya. Hingga dua pekan silam di tumblr, saya memosting sebuah gambar
(scene) drama Korea (Goddess of Marriage) berjudul “Menghadap Samudera” dan berencana
mempunyai foto dengan setting laut
yang maknanya (hampir/kurang lebih) sama. Dan…
Jeng… Jeng…
Jeng…
Saya akhirnya
berhasil mewujudkannya! Woaaaaaa…
Di tempat yang
lebih menarik dari apa yang diharapkan lagi!
Asssaaaaaaaa!
Hehe… :D
Berikut saya
post hasil foto-foto itu (sembilan foto lagi) dengan judul besar SAYA, BUKU, LAUT, DAN PAGI di www.aidaradar.tumblr.com
Foto-foto itu
diambil di Dermaga Pasar Goto, Kota Tidore Kepulauan, pada 26 Januari 2014 di
pagi yang selalu saya sukai. :D
No comments:
Post a Comment