Tuesday, December 11, 2012

PUISI PRES 2

















seorang adik pernah bertanya

“kak, mengapa banyak penyair maskulin betah berlama-lama menulis sajak di atas pasir? tidakkah mereka berniat menulis di atas sebuah undangan mawar merah?”

aku bimbang. tak punya jawaban. tapi harus ada jawaban. adik tidak pernah puas  dengan gelengan.
“entahlah. mungkin saja mereka takut senyum gadis muda membuat kata-kata yang mereka lahirkan di koran-koran  cemburu dan akan bunuh diri sebelum diterbitkan."

adik itu kaget. dua bola pimpong menggelinding di matanya.
“ow! mengapa bisa begitu, kak?”

aku tersenyum puas. sebuah jawaban pamungkas siap mengunci pertanyaan-pertanyaannya.
“entahlah, dik. kakak tidak tahu. kakak bukan seorang pernyair.”

2 comments:

Dyah said...

saya belum ngerti Da. Ini cerita bersambung atau gimana? *bingung mungkin karena nggak ngikutin awal ceritanya :D

aida_radar said...

Bukan cerita bersambung kok, Kak. Hanya seperti label cz puisinya pendek-pendek jadi disatukan kayak gitu. Tema tiap post beda-beda kok. :D