Saturday, August 15, 2009

Sunset in BOLANGI...



Taman Fana


Oleh : Aida Radar*

Senja itu muncul lagi. Kemilaunya yang jingga menyeruak, memicingkan mata mereka-mereka yang takjub keindahannya.

Nyiur pun tak mau kalah. Coba perlihatkan bahwa ia juga layak dipandangi. Bahkan lebih dari siluet-siluet itu yang tiap hari begitu egois memamerkan kemampuannya.

Ah... semuanya tak kan mau diperhatikan jika air yang pantulkan cahaya mentari tak deskripsikan diri.

Seolah merasa terhebat, surya penghasil senja dengan angkuhnya berdiri dan membusungkan dada seraya berteriak “Kalian semua tak kan pernah jadi objek imaji, jika aku tak ada di belakangnya. Akulah sang raja! Ha...ha...ha...ha...”

Senja, nyiur, dan air laut, seketika mendongak kaget. Argumen-argumen yang sangat bangganya diucap tadi, pelan-pelan luntur. Melumer bersama campuran merah biru yang hiasi wajah masing-masing.

Gelak surya masih membahana. Rupanya semakin angkuh ia ketika didapati lawan-lawannya tak berkutik. Pasrah.

Oow... tunggu dulu. Ternyata kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Ia tiba-tiba tersungkur. Tersingkir dari peredarannya. Ia coba tuk tetap bertahan. Sayangnya, ia kalah. Kekuatannya telah berada di titik batas. Ia lengser didepak kanvas hitam yang mulai menjalankan titah. Seketika bahaknya terhenti. Berganti gema menyayat. Miris.

Senja, nyiur dan air laut bersorak. Menertawai nasib surya yang tak miliki daya. Namun, sama seperti surya, tawa mereka juga mendadak terhenti ketika mereka dapati kepala-kepala yang tadi penuhi bibir pantai, bergerak, berbalik arah membelakangi mereka dan kemudian melangkah. Menjauh dan semakin jauh. Meninggalkan kecantikan yang kini telah memudar.

***
Lapas Bolangi, 5 Agustus 2009
Pukul 11.36 WITA
*South Sulawesi Member of Forum Lingkar Pena (FLP)


No comments: