Tuesday, June 26, 2012

Hmm... Puisi...
















BUKAN PERTEMUAN

seingatku,
kita tidak pernah bertemu
hari itu

meski kopi yang dihidangkan pelayan cafe
di meja yang sama,
tegukan terakhirnya menggelinjang di mataku dan -mu.

aku tahu betul!
hari itu, di jam yang sama,
kau berada di utara dan aku meranjak menuju selatan.
mana mungkin kita bertemu, kan?


walau ada pembicaraan dan tawa selingan,
ketika tanganku dan -mu bersentuhan
di dalam sebuah piring kaca
berisi brownis keju yang kita suka


aku hanya tahu
memoriku masih kosong.

dan kita memang tidak pernah bertemu
hari itu
*

- AR, 25.6.12;10:12 -

Tuesday, June 05, 2012

Mari Berpuisi


ALUR
 
seperti roda yang berlari,
ada masa ketika langit tak boleh berwarna
kecuali hitam di bawah mata-mata.
rembulan cukup purnama.
setiap wajah mencari jalan setapak
ditemani lampu minyak raksasa
meski begitu laut tetap berkilau
setiap kali cakrawala
melahirkan bayi yang masih memerah.
berkali-kali.

- AR, 4.6.12; 08:10 pm -

Sunday, May 20, 2012

My First Book before getting Bachelor Degree ^_^




“WANITA IMAM DAN LELAKI CAHAYA”
Karya Aida Radar

Beberapa karya dalam buku ini bertema pendidikan dan sarat dengan nilai-nilai religius. Aida Radar adalah penulis yang berorientasi pada pemikiran sesuatu yang ada di sekitarnya. Dari kehidupan pribadi, bertetangga sampai kehidupan sosial yang selalu mencerminkan nilai religius, moral dan sosial budaya. Berkat minat, ketekunan, kesabaran dan totalitas, penulis yang bukan berasal dari jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia ini membuktikan bahwa sastra adalah milik semua orang dan ia bisa berprestasi karenanya. Sebab sastra adalah cermin dan potret kehidupan. Saya berharap imajinasi Aida bisa menjadi motor penggerak generasi berikutnya di Universitas Muhammadiyah Makassar, khususnya di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan tempatnya menimba ilmu.
(Haslinda, S.Pd., M.Pd., Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Universitas Muhammadiyah Makassar)

Buku ini bukti bahwa tiap cerita tidak harus diselesaikan berpanjang lebar, ending yang singkat bisa menjadi sangat cukup dan mengejutkan. Sederhana tapi tetap manis. Aida yang seorang mahasiswa mampu menggambarkan kita sosok dosen dengan paket yang lengkap, tanpa menggurui di cerpen Engku Badar. Membuat para pengajar ingin menjadi seperti sosok Engku Badar. Kumpulan cerpen dan puisi ini berisi banyak pesan moral. Selamat buat Aida! 
(Muhallim Djamaluddin, S.Pd., Presenter “English Corner” di TVRI Sulsel)

Dalam buku ini, Aida Radar banyak bercerita tentang pertemuan. Pertemuan memang, sekecil apapun, oleh siapa dan apapun, akan mengundang beribu perasaan. Entah perasaan itu hanya berujung pada pertanyaan-pertanyaan, bukanlah sesuatu yang penting dipertanyakan. Yang menarik adalah adakah hal terluput dari pertemuan-pertemuan itu? Aida Radar sebagai penulis muda potensial mencoba untuk mengajak pembaca agar tidak luput dalam setiap pertemuan di alam ini. Sebagai penulis kelahiran Tidore, besar harapan kita agar Aida Radar bisa mempertahankan capaian-capaian yang diperolehnya selama ini. Sehingga kelak, penulis-penulis dari Timur Indonesia mampu berbicara banyak dalam peta kesusasteraan tanah air.
(Fitrawan Umar, Ketua Forum Lingkar Pena Wilayah Sulsel)