Pada pertemuan SIMPUL SASTRA FAJAR di ruang redaksi FAJAR di Graha Pena bebrapa bulan lalu, Pak Zawawi Imron, seorang penyair sekaligus kyai asal Madura menjadi pembicara dan berkesempatan membacakan puisi beliau yang berjudul IBU. Puisi ini kata Dr. Ahyar Anwar, dosen sastra Univ. Negeri Makassar jebolah S3 UGM, pernah membuat ratusan mahasiswanya berlumuran airmata. Dan benar saja, Z dan hampir seluruh kepala yang hadir pada waktu itu (bahkan lelaki yang katanya keras airmatanya) sampai segukan menyaksikan Pak Zawawi membacakan puisi IBU-nya. Maka, Z postingkan puisi itu di sini, sekedar berbagi sesuatu yang membuatmu lebih menghargai dan menyayangi sosok IBU. Selamat menyelam... ^_^
IBU
Oleh Zawawi Imron
kalau aku merantau lalu datang musim kemarau
sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting
hanya mataair airmatamu ibu, yang tetap lancar mengalir
bila aku merantau
sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku
di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan
lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar
ibu adalah gua pertapaanku
dan ibulah yang meletakkan aku di sini
saat bunga kembang menyemerbak bau sayang
ibu menunjuk ke langit, kemundian ke bumi
aku mengangguk meskipun kurang mengerti
bila kasihmu ibarat samudera
sempit lautan teduh
tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu
lantaran aku tahu
engkau ibu dan aku anakmu
bila aku berlayar lalu datang angin sakal
Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal
ibulah itu bidadari yang berselendang bianglala
sesekali datang padaku
menyuruhku menulis langit biru
dengan sajakku.
***
Sesaat setelah membaca note K'Faradina Izdhihary "MEMBACA PUISI "IBU" K.H. MUSTOFA BISRI" di FB... ^_^