antara kau dan aku yang membasi
entah mengapa aku merasa percakapan antara kita mulai tercium basi
tak lagi kutemukan warna kelembutan yang dulu tiada henti menyusup jika jarak dan waktu yang membatas, menyatukan kita dalam sebuah wacana penuh kekaguman dan sikap rendah hati
semuanya terjengkal jauh entah di sudut pemukiman dalam belantara bagian mana
kau semakin terang
cahayamu kian menyilaukan
tentu! kuakui itu
namun dalam dua garis mataku yang terjaga
kau malah meredup
kau semakin gelap kuraih
meski neon telah erat kudekap di depan pancaran minusku
tetap saja kaisan segala penjurunya tak pernah bisa menjangkaumu kembali
yah... setidaknya sampai rangkaian kata ini kususun
aku selalu mencoba mencakupkan positif sebesar matahari guna menghalau tanda kurang— sang rival abadi, setia intip-mengintip saban detik waktu mengganti angka
aku selalu mencoba itu
dan ayal tak bersepaham, kerap napasku menghembus cepat bakda satu tarikan sebelumnya yang mengurut dada
kau semakin jauh kuleburi
maaf
harus kuakui akan itu hari ini
mungkin laku yang patut kupilih saat ini adalah merubah daftar pengembaraan imajinasiku
memutar balik haluan jejak kisah yang sudah berlayar jauh ini kembali ke dermaga lama
ke pelabuhan di mana belum ada bayanganmu yang melambai-lambai bersama nyiur anging mamiri
maaf
semoga dikau paham sedikit kesah berkeluh ini
aku bukan hendak memelihara ego
pun aku bukan berencana menggali jurang supaya bertambah dalamnya antara kita
aku hanya berusaha mengembalikan hidupku yang biasa-biasa saja sebelum kau bawa bertualang dalam duniamu
itu saja!
semoga kau tak salah mengerti inti catatan ini kupetakan
salam hangat untukmu selalu!