IDENTITAS BUKU
Judul Buku : Vegetarian
Pengarang : Han Kang
Penerjemah
: Dwita Rizki
Penerbit : Baca
Cetakan : 1, Februari 2017
Tebal : 222
halaman
ISBN : 978-602-6486-07-3
PART
A
Yang menarik
diri saya menanti-nantikan The Vegetarian adalah bahwa saya menggemari film dan
drama Korea. Ketertarikan saya bukan pada para aktor, namun lebih pada isi dan
kualitas cerita yang ditawarkan para penulis skenario film-film dan
drama-dramanya. Menyukai cerita-cerita ini membuat saya berpikir tentang
bagaimana geliat sastra di Korea Selatan. Karya populer saja sudah begitu
berkualitasnya, bagaimana dengan karya sastra di sana? Saya menduga tentu akan
lebih baik lagi. Dari rasa penasaran inilah, saya memulai pencarian terhadap
karya-karya sastra Korea Selatan. Lalu, saya menemukan Han Kang.
Perkenalan saya
pada Han Kang dimulai pada Januari 2015 melalui e-magazine K-Book Review Volume 14 yang diterbitkan oleh
Publication Industry Promotion Agency of Korea (KPIPA). Pengetahuan saya
tentang Han Kang dan karyanya, The Vegetarian, berkembang setelah membaca enam
volume K-Book Review dari tahun 2015 (Volume 14, 17, 21, dan 24) hingga awal
2016 (Volume 26 dan 28), sebelum nama Han Kang dengan The Vegetarian-nya
bersanding dengan Eka Kurniawan dan sebelas penulis dunia lainnya di daftar
panjang nominasi Man Booker International Prize 2016. Dari pembacaan enam
volume K-Book Review tersebut, saya mengetahui bahwa The Vegetarian mendapatkan
sambutan sangat positif dari pembaca di Inggris dan Amerika setelah versi bahasa
Koreanya yang terbit di tahun 2007, diterjemahkan oleh Deborah Smith dan mulai beredar
di toko buku di Inggris pada 1 Januari 2015 dan di Amerika pada 1 Februari
2016. Respon positif serta beberapa review dari pembaca dan media akan The
Vegetarian membuat saya sangat penasaran dan ingin membacanya juga dalam versi
bahasa Indonesia.
Syukurlah,
keinginan itu akhirnya terwujud pada awal tahun 2017, saat Penerbit Baca
menerbitkan Vegetarian dalam versi bahasa Indonesia. Saya termasuk pembeli
pre-order untuk cetakan pertama Vegetarian di Februari 2017 tersebut. Saya
bahkan memesan dua eksemplar Vegetarian saat itu karena terlalu excited dengan kenyataan bahwa saya
akhirnya bisa membaca Vegetarian setelah mengidam-idamkannya selama dua tahun.
Apalagi bersamaan dengan datangnya Vegetarian, ada dua post-card cantik yang
menemani. Hehe… J
Saya berhasil menuntaskan membaca Vegetarian dalam satu malam dan berencana menulis review tentangnya di hari berikutnya. Namun sejak saat itu hingga kemarin, karena keragu-raguan (juga sebenarnya karena ada terlalu banyak pertanyaan yang belum berhasil saya temukan jawabannya), review itu tidak pernah selesai dituliskan. Jadi, karena seperti berhutang dan belum bisa membayarnya, hari ini saya memotivasi diri untuk bisa menulis ulasan tentang Vegetarian hingga selesai supaya bisa mengikutsertakannya pada 2022 Korean Literature Review Contest – Indonesia. Terima kasih telah memberikan saya ruang untuk membayar hutang yaaa…
PART B
Apa sebenarnya yang mau disampaikan Han Kang?
Demikian pertanyaan yang menggelayut dalam
pikiran saya saat menutup back cover
Vegetarian setelah selesai membacanya lima tahun lalu.
Vegetarian berkisah tentang Young-Hye, seorang wanita yang karena mimpi yang dialaminya pada sebuah pagi yang masih gelap, memutuskan untuk menjadi vegetarian dengan berhenti memakan daging dalam bentuk atau olahan apapun. Keputusan Yeong-Hye menjadi seorang vegetarian membawa awal pada retaknya kedamaian sederhana dalam hubungannya dengan sang suami dan keluarganya: ayah, ibu, kakak perempuannya In-hye, kakak iparnya, adik laki-lakinya In-ho, dan adik iparnya.
Tidak hanya perubahan dalam makanan, menjadi vegetarian juga telah membuat sikap dan perilaku Young-Hye berubah drastis. Perubahan ini kemudian membuat suaminya meninggalkannya dan hubungan dengan orang tuanya menjadi terputus. Juga, keputusannya untuk mengizinkan kakak iparnya menjadikan punggungnya sebagai canvas untuk lukisan bunga dan hubungan terlarang setelahnya membawa rumah tangga kakak dan kakak iparnya pada sebuah akhir yang buruk.
Apa sebenarnya yang diinginkan Young-Hye?
Setidaknya ada 3
catatan reflektif tentang kisah hidup Young-Hye yang saya dapati dalam
Vegetarian. Yang Pertama, definisi seorang Young-Hye. Dalam Vegetarian, Han
Kang memperkenalkan Young-Hye pada pembaca melalui tiga sudut pandang di luar
dirinya yaitu suaminya, kakak iparnya, dan kakak perempuannya ―In-Hye. Pembaca mungkin bertanya-tanya, mengapa “suara” Young-Hye
tidak ada dalam isi buku. Rupanya Han Kang menggunakan tiga sudut pandang ini karena
menurut pengakuannnya dalam wawancara di Youtube LTI Korea, ini adalah cara
yang paling efektif untuk memberikan gambaran utuh seorang Young-Hye. Meskipun
demikian, penggunaan sudut pandang ini semacam mengungkapkan bahwa yang
mendefinisikan kita sebagai sebuah entitas bernama manusia adalah apa yang ada
di luar diri kita sendiri. Dampak definisi ini bertalian dengan catatan
reflektif yang kedua berikut.
Yang kedua, pilihan cara hidup yang tidak mau menyakiti apapun. Young-Hye memutuskan hidup tanpa menyakiti karena gambaran anjing yang tersakiti dalam mimpinya telah membuatnya merasa jahat sebagai manusia. Tapi ternyata keputusan untuk tidak menyakiti malah menyakiti orang-orang di sekitarnya secara tidak langsung. Pilihan hidup ini juga mempunyai konsekuensi yang sangat mencekam, kematian! Pilihan hidup Young-Hye ini tentu saja melawan arus hukum alam dalam rantai makanan yaitu memakan atau dimakan. Young-Hye tidak mau memakan daging karena dengan makan daging secara tidak langsung dia telah membunuh hewan.
Kemudian,
Young-Hye juga tidak lagi mau memakan apapun bahkan nasi dan sayur-sayuran,
karana dengan memakannya secara tidak langsung pula dia telah membunuh
tumbuh-tumbuhan penghasilnya. Ia akhirnya hanya meminum air, sesuatu yang
diyakininya tidak menyakiti atau membunuh entitas apapun. Aksi Young-Hye
membuat saya bertanya-tanya: jadi, apakah manusia memang tidak bisa hidup tanpa
menyakiti/ membunuh? Sepertinya memang begitu.
Yang ketiga, tafsir tentang vegetarian. Penjudulan Vegetarian rupanya tidak hanya sesederhana tentang perubahan pola makan dan jenis makanan dari daging menjadi hanya memakan sayur-sayuran seperti yang digambarkan di bagian pertama isi buku. Namun, vegetarian di sini menyimpan makna simbolik yang lebih mendalam dan mencekam seperti apa yang Young-Hye lakukan pada tubuhnya: menjadi sebuah pohon! Setelah memutuskan tidak lagi memakan daging, Young-Hye hanya memakan sayur-sayuran. Kemudian, saat menjadi pasien di rumah sakit jiwa, selama tiga bulan lamanya Young-Hye tidak mau memakan apapun sehingga berakibat fatal pada tubuhnya. Tujuan Young-Hye tidak memakan apapun rupanya untuk menghilangkan semua daging yang ada dalam tubuhnya.
Baginya, dengan menghilangkan daging dari
tubuhnya, ia telah sempurna menjadi sebatang pohon yang hanya membutuhkan sinar
matahari dan meminum air. Young-Hye menggambarkan vegetarian dengan “Aku
berdiri dengan tanganku. Daun tumbuh dari tubuhku, akar mencuat dari tanganku.
Menancap ke tanah. Tanpa henti, tanpa henti … Bunga ingin merekah dari
selangkanganku sehingga aku melebarkan kakiku, mengangkang lebar-lebar …” (Hal.
179).
Demikianlah!
***
Makassar, Oktober 2022
Catatan: Review ini pernah dipublikasikan di Instagram saat diikutkan dalam "2022 Korean Literature Review Contest - Indonesia" yang diadakan oleh @bbbbookclub dan @ltikorea_official. Review ini saya publikasikan kembali di blog pribadi ini untuk merayakan terpilihnya penulis favorit saya, Han Kang, sebagai penerima Nobel Sastra 2024. š