Monday, February 24, 2014

SEBUAH CINCIN DI DALAM KELAS




Saat mengikuti kuliah sore tadi, ada hal mencolok dari Pak Dosen yang saya perhatikan. Mencolok di sini bukan berarti beliau memakai sesuatu yang menarik perhatian seluruh isi kelas. Saya mengira, hanya saya sendiri saja yang merasa itu adalah hal yang mencolok. Entah teman-teman lain bagaimana memandangnya. Saya tidak bertanya pendapat mereka. Jadi pada bagian ini, saya merasa menjadi satu-satunya yang memperhatikan. Iya. Begitu saja, agak kalian tidak perlu diputar-putar lagi (hanya) pada kata-kata pembuka ini. (berasa skripsi ya?) Hehe ^_^

Jadi begini. Sesuatu yang saya perhatian dari Pak Dosen itu adalah jari manis di tangan kanannya yang dilingkari sebuah besi berwarna emas. Apalagi kalau bukan cincin. Iya, cincin. Cincin emas. 

Cincin itu mengilap sekali. Nampaknya cincin itu baru saja dicuci. Benar! Saya yakin itu. Mengapa? Sebab seseorang yang rambutnya sudah beruban seperti beliau, kadar kilapan cincin belum tentu bisa se-mentereng itu. Kehidupan yang telah dijalani bertahun-tahun tentu memungkinkannya berubah kusam. 

Cincin itu menjadi semakin menyilaukan mata saya, ketika kedua tangan beliau berada di depan dada. Sebab beliau menjelaskan materi sambil berdiri (tak jauh dari tepat di depan saya), saya menjadi semakin fokus pada gerak tangan kanannya, tepat di jari manis itu. Fokus saya cukup lama ada di sana, sembari telinga berusaha menangkap apapun yang beliau katakan.

Saya tidak tahu apakah saat memperhatikan jari manis dan cincin emas yang melingkarinya, pembahasan materi kuliah tersimpan di kepala saya atau tidak. Tapi sepertinya ada sedikit. Hehe...

Jelasnya saya hanya tahu, di cincin itu, tak cuma ada sebuah besi berwarna emas yang melingkar di jari manis kanan seorang lelaki. Di cincin emas itu, ada sebuah janji, -yang kokoh- dibangunnya bersama seseorang: wanita yang selalu bersama dan menunggu beliau di sebuah tempat dan memakai cincin yang sama, yang melingkari jari manisnya di tangan bagian kanan.

Sampai berakhir kuliah, saat melihat tangan dan cincin Pak Dosen, saya merasa hati menjadi lembut dengan doa-doa dan saya tak berhenti tersenyum, diam-diam, mengikuti punggung beliau yang keluar dari kelas.
^_^

#Ilustrasi dari sini

Friday, February 21, 2014

Tentang Photos..




Gambar ini adalah sebuah scene dalam drama Goddess of Marriage. 
Saya memberinya judul:
A Disappointment = Sebuah Kekecewaan

Beberapa menit sebelumnya, saya baru saja selesai mengunggah empat penghuni baru di www.aidaradar.tumblr.com mengenai scenes yang saya sukai dari drama itu. Jika berminat melihatnya, silakan membuka link tumblr itu dan menuju pada postingan yang ada hashtag #OhJinSuk seperti ini:

Sunday, February 09, 2014

MEMELIHARA INGATAN



(klik link untuk menuju ke puisi)

#ilustrasi dari sini

Tuesday, February 04, 2014

Z-BUKU-LAUT-PAGI







Setelah hampir setahun tak melihat laut, akhirnya saya berdiri di depannya. Awalnya saya berencana melihat laut di salah satu pantai di Jawa Barat, jarak yang (mungkin) bisa saya tempuh dari tempat studi saat ini walaupuan jarak tempuh tercepat adalah 6 jam perjalanan. Sebab terlalu ingin saya melihat laut, saya punya banyak rencana-rencana di kepala untuk mewujudkannya. Apapun yang terjadi!

Ternyata, Allah punya rencana yang lebih manis (terimakasih Allah-ku. ^_^) . Saya bisa melihat laut. Bukan di tempat studi, tapi di tanah kelahiran: Laut yang dirindukan, laut yang disimpan di dalam hati. :D

Saya lalu percaya pada kata-kata Lord Hideyoshi Toyotomi yang saya kutip dari buku Strategi Hideyoshi yang beberapa hari lalu saya baca. “Terbayangkan berarti terjangkau”. Kata-kata itu memberi semacam harapan. Apa yang saya bayangkan, tentu bisa saya jangkau!  (Bila Allah mengizinkan)

Berhari-hari sebelum liburan semester tiba, bayangan tentang laut tidak pindah-pindah dari pikiran saya. Hingga dua pekan silam di tumblr, saya memosting sebuah gambar (scene) drama Korea (Goddess of Marriage) berjudul “Menghadap Samudera” dan berencana mempunyai foto dengan setting laut yang maknanya (hampir/kurang lebih) sama. Dan… 

Jeng… Jeng… Jeng…

Saya akhirnya berhasil mewujudkannya! Woaaaaaa…

Di tempat yang lebih menarik dari apa yang diharapkan lagi!  

Asssaaaaaaaa! 

Hehe… :D


Berikut saya post hasil foto-foto itu (sembilan foto lagi) dengan judul besar SAYA, BUKU, LAUT, DAN PAGI di www.aidaradar.tumblr.com

Foto-foto itu diambil di Dermaga Pasar Goto, Kota Tidore Kepulauan, pada 26 Januari 2014 di pagi yang selalu saya sukai. :D