Sunday, January 12, 2014

Menuliskan Rasa




















Kita sebetulnya tidak sedang menulis kata-kata.
Kita menulis rasa.
Saat kamu marah lalu menulis, kata-katamu akan menunjukkan sejauh mana kemarahanmu melambung. Apakah hanya sampai di ubun-ubun, ataukah telah tiba di puncak tertinggi di Himalaya?
Juga saat bersedih dan bahagia.
Semuanya terbaca jelas dalam tulisan-tulisan, dalam kata-kata jika kamu menuliskannya.
Saya sedang mencari-cari tahu:
Apa, di mana, bagaimana jalan pintas yang dilalui hingga segala yang terasa di hati bisa dengan begitu cepatnya, bahkan sebelum mata berkedip, sampai ke otak (pikiran) di kepala kita?
Organ-organ dalam tubuh kita ini terlalu mengagumkan. Tentulah lebih mengagumkan dari puisi pertama yang terbit di koran nasional, kan?

Lalu saya sampai pada pemikiran:
kata-kata yang saya (pernah) tulis selama ini, sudahkah disebut rasa yang terhubung padamu?
Apakah kamu membaca?

Aih, apa saya bilang? Rasa itu rumis sekali!
Untunglah... Allah kita yang Maha Baik juga menciptakan kata-kata sebagai jalan keluar, sebagai penyeimbang bagi kerumitan-kerumitan di dalam rasa.
Hingga setidaknya rasa punya tempat untuk berlindung
(atau bersembunyi?).

Sepanjang hari ini hujan turun tak henti-henti.
*


—AR,Bdg.12.1.14;10:11pm


Saturday, January 11, 2014

Ahaiiiiii... Dewasa euy ^_^



Setelah membaca beberapa kisah dan mengamati kejadian-kejadin di sekitaran, tiba-tiba kemarin saya terpikirkan tentang hal ini:
Pernikahan itu, apakah memang dilakukan untuk mencari KEBAHAGIAN ataukah hanyalah salah satu dari banyak alasan untuk BERTAHAN HIDUP?

Saat memikirkan tentang ini, perkataan Ustadz dan Ustadzah, baik yang saya dengar dari ceramah atau baca di buku, terngiang-ngiang: menikah itu Sunnah Nabi SAW dan dilakukan sebagai sarana beribadah pada Allah SWT.

Ah, pikiran manusia ini aneh-aneh saja.
Tapi bukankah perjalanan memang selalu punya dinamika 'kan, Temans?
Hari ini weekend kedua di bulan Januari setelah tahun baru.
Dan langit Bandung cerah sekali. :)


#Ilustrasi_dari_sini

Saturday, January 04, 2014

PERDANA DI 2014













 



MATA KITA

sudah sejak kapan terakhir
matamu ada di dalam mataku
mataku ada di dalam matamu?
usah risau
matamu mataku matakita selalu
saling mengunjungi
lewat mata mata lain
yang bekerja dan setia
pada perusahaan yang kita
punya
saya ingin melihat matamu
terlalu ingin. kau tahu?
tentu!
hanya tidak terburu-buru
kita belajar bersama
menyembunyikan matamu mataku matakita
beberapa saat
hingga pada sebuah kesempatan yang telah kita sepakati
mata ini dan mata itu
saling mengunjungi
matahari
pagi tiba di bibir pantai
*
—AR.Bdg.14.12.13;08.42pm




#Ilustration's source here