Saturday, August 31, 2013

DI UJUNG AGUSTUS



















DARI SEBUAH JENDELA



langit biru kadang segitiga, persegi panjang, trapesium,
juga sembarang bangun datar
padanya antena televisi, penampung air, dan rumah jemuran
berbaris
menjadi penerima tamu


dari sebuah jendela
bougenville hanya punya satu warna —matahari terbenam
yang membuat gurita tidak lagi hidup di air.
mereka  menikah
lalu pindah di atas loteng rumah ungu


dari sebuah jendela
dede menangis pagi tadi
di samping paman yang menyiram akasia-akasianya
mungkin tangisan ketiga kali dede
akan menutup hitam di luar nanti
saat pintu lelaki tetangga tengah berderit


tak butuh satu dunia
empat mata sudah bisa lebih bercahaya
hanya dari sebuah jendela saja.

*

—Aida Radar, Bandung.31.8.2013;09:25am


#
Ilustrasi diambil dari sini
 

Saturday, August 24, 2013

WHATEVER


Kira-kira dua bulan yang lalu, saya pernah memosting puisi ini. Tidak bertahan lama, setelah mendapat dugaan-dugaan yang menyebalkan, langsung saya hapus postingan itu.
Hari ini saya posting kembali puisi itu.  Saya tidak peduli lagi dengan komentar atau dugaan-dugaan yang menyebalkan itu. WHATEVER! ^_^v



Untuk versi Indonesia, sila menuju ke sini: PANTAI
Untuk audio-nya, terjun saja ke sini: FAJAR

Friday, August 02, 2013

MEMOTRET KATA-KATA



Setelah menangisi sepi yang mengintai berhari-hari, mendatangi buku-buku adalah obat mujarab yang saya pilih. Karena kantong mahasiswa yang tipis, maka tidak bisa tersenyum manis di kasir dengan menggenggam buku-buku sastra incaran. Pilihannya ya membaca di tempat, lalu mengabadikan kata-kata dalam telepon genggam. Hmm... Rasanya menyenangkan sekali. :D

Ini satu halaman kata-kata di cerpen Humsafar (Belahan Jiwa) karya Hanny Kusumawati yang masuk dalam handphone, dari buku kumpulan cerpen Perempuan yang Melukis Wajah.

Bagaimana perasaanmu membaca potret kata-kata itu?
d^_^b