Thursday, February 19, 2009


“Kalau boleh jujut, saya belum mau jadi sorang senior kak,” uca

SAUDARA SEIBU

Oleh : Ummu Syahidah A.R Badar*


“Kalau boleh jujur, saya belum mau jadi sorang senior kak,” ucap Doni duduk disamping Rafi.

Rafi mengernyitkan alisnya.

“ Saya masih ingin diperhatikan dan disayangi kakak-kakak senior yang ada di lembaga ini. Jika ada mahasiswa baru, prioritas kalian para senior akan berganti dari kami pada mereka,” lanjut Doni seraya menatap Rafi.

“ Mengapa kamu bisa berfikiran seperti itu ?”

“ Entahlah…… saya juga tidak tahu mengapa saya berfikiran seperti ini. Tapi menurut prediksi saya dan teman-teman seangkatan lainnya, pasti keadaannya akan seperti itu.”

“ Mengapa kalian berpendapat seperti itu jika kalian belum menjalaninya ?”

“ Kami sudah mendapatkan buktinya walaupun belum terjebak dalam kondisi seperti itu kak.”

“ Bukti ?!”

“ Yah… lihat saja senior kakak-kakak yang satu tingkat diatas kami. Kebanyakan dari mereka memandang kami dengan tatapan yang kadang terasa sinis dan menggerahkan. Coba kak Rafi tebak apa penyebabnya ? apa lagi kalau bukan karena perhatian para senior-senior diatas yang beralih dari mereka pada kami. 2 tahun lalu, mereka adalah prioritas utama kalian. Sekarang kami yang diprioritaskan. Dan pastinya tahun ini angkatan baru yang diutamakan. Iya kan kak ?”

“ Mungkin saja.”

“ Loh kok mungkin ? pastinya iya dong. Pokoknya saya…”

“ Egois…!” kata Rafi memotong perkataan Doni.

“ Apa??”

“ Iya, egois. Sikap kamu dan teman-teman seangkatanmu adalah sikap egois.”

Rafi meletakkan buku yang sedari tadi dibacanya diatas meja. Kemudian duduk menghadap Doni yang menatapnya bingung.

“ Kalian sudah tahu bahwa itu yang dirasakan kakak-kakak satu tingkat diatas kalian. Seperti yang kamu katakan tadi. Jadi jangan jadi seperti mereka lah.”

“ Tapi kan….” Doni tidak mau kalah.

“ Logikanya begini..,”

Rafi memperbaiki letak duduknya. Sementara Doni masih menunggu dengan tatapan yang tak kalah bingung dengan tatapan sebelumnya.

“ Kalian telah merebut perhatian senior-senior pada kakak-kakak angkatan tahun lalu. Dua tahun lalu mereka adalah prioritas utama Badan Pengurus. Satu tahun lalu kalian yang menjadi prioritas utama BP. Tahun ini yang bakal menjadi pusat perhatian BP adalah angkatan baru. Satu tahun kedepan angkatan terbaru yang akan ditempa. Begitu seterusnya sampai lembaga ini tidak lagi eksis.”

“ Pergantian posisi sebagai yang termuda atau paling adik adalah hal alami. Tidak hanya disini, ditempat lainpun juga. Itu sudah bisa dikatakan sebagai hukum alam. Kalian sekarang berada apa posisi hendak meninggalkan status angkatan baru menjadi angkatan senior tingkat pertama 4 bulan lagi. Dan kalian merasa kasih sayang yang diberikan para senior pada kalian akan berkurang jika ada angkatan baru. Begitu kan ?”

Yang ditanya menganggukkan kepala

“ Perasaan seperti itu juga dirasakan oleh kakak-kakak angkatan diatas kalian. Merasa cemburu, iri, protes, dan sebagainya. Kamu tahu, itu lumrah terjadi dan sudah menjadi rahasia umum. Makanya sekarang kamu dan teman seangkatanmu harus ikhlas menerimanya. Biar bagaimanapun mereka adalah adik-adik kalian. Otre…”

Rafi menganjungkan jempolnya pada Doni yang lebih muda dua tahun darinya dengan sorot mata meyakinkan.

Doni diam menatap lantai. Mencerna tiap kata yang dilontarkan Rafi. Dia kembali menatap Rafi yang masih pada posisi tadi.

“ Huh..!!! kak Rafi sama saja dengan yang lain. Nggak bisa ngerti!!!” Doni lalu berdiri dan keluar dari kamar meninggalkan Rafi yang bengong.

“ Nggak bisa ngerti? Perasaan saya yang duluan merasakan daripada dia,” Rafi geleng-geleng kepala. “Doni…Doni…”

Sometimes you should do something you hate in your live. But something you hate is not absolutly bad. If you can pass it, you will be a wise man and a real brother. Trust it.”

***


Suasana depan kampus salah satu universitas swasta di Makassar mencekam. Batu, kaleng, kayu dan benda keras lainnya beterbangan diantara dua kubu. Kubu pertama adalah segerombolan pria berpakaian bebas dan ada yang menggunakan jas almamater, mahasiswa. Sedangkan kubu lainnya adalah sekelompok prajurit berseragam coklat, polisi. Mereka terlibat baku hantam setelah aksi demo mahasiswa menolak kebijakan pemerintah perihal naiknya harga BBM mulai anarkis dan tidak pada jalurnya.

Doni menyaksikan pemandangan yang menurut para pembaca berita TV, mencoreng lembaga pendidikan ini dari depan sebuah ruko berjarak kurang lebih 200 meter dari tempat kejadian. Ia sebenarnya juga ambil bagian dalam aksi ini. Tapi ketika aksi mulai berubah anarkis, ia memilih menghindar.

Ditengah keadaan yang makin panas, tiba-tiba mata Doni tertuju pada sesosok pria yang mengendarai Suzuki Thunder memasuki area aksi masa itu. Dari raut wajah pria tersebut, kelihatan bahwa dia tidak mengetahui adanya aksi demo didepan kampusnya. Belum hilang rasa terkejutnya, ia langsung dihardik beberapa orang. Sekonyong-konyong wajahnya pun berupah pucat pasi. Bingung dengan keadaan sekeliling yang baru dirasakannya pertama kali.

“ Jamal…!!!” ujar Doni terkejut. “ ngapain dia disitu ? kan bahaya.”

Tanpa menunggu lagi, Doni lalu berlari menuju ketempat dimana adik angkatannya itu berdiri. Ketika jaraknya dan Jamal tinggal 20 meter, Doni melihat sebuah batu melayang kearah Jamal. Sementara Jamal tidak menyadari hal itu. Doni lalu mengumpulkan tenaga yang tersisa dan berlari semakin kencang kearah Jamal.

“ Jamal !!!!!!” teriak Doni. “ Pindah dari situ !!!.”

“ Doni ?” ucap Jamal menatap Doni, yang resmi menjadi kakak tingkat di organisasi daerahnya dengan bingung. “ Apa ?” lanjutnya heran melihat Doni berlari kearahnya sambil melambaikan tangannya kesamping.

“ Pindah !!!!!” ulang Doni semakin keras. Tapi…..

Bhuk!!!

Batu seukurang pimpong tepat mengenai pelipisnya. Cairan merah pekat mengalir diantara helai-helai rambutnya yang sedikit gondrong. Pandangannya berkunang-kunang. Bintang-bintang dan dua ekor burung pipit terlihat mengitari kepalanya. Kemudian pandangannya berubah lagi. Hitam dan gelap. Dia pingsan.

***

Matanya bergerak perlahan. Cahaya lampu memancing kelopak matanya untuk terbuka lebar. Ia menatap langit-langit berwarna putih. Dimana saya ? ucapnya dalam hati. Setelah itu, ia melihat sekeliling. Dikiri kanan ada tirai yang lagi-lagi berwarna putih. Di rumah sakit kah ? Ia kemudian bangkit hendak duduk.

Agh !!!

Kepalanya mendadak sakit dan pusing. Ia merasa kepalanya berat. Ada sesuatu menempel dipelipisnya. Apa ini ?

Agh !!!

Ia mengaduh lirih ketika tangannya menyentuk pelipis. Luka apa ini ? ia berusaha berpikir. Mengingat-ingat apa yang terjadi padanya hingga ia berada ditempat yang serba putih ini. Demo, Jamal, berlari sangat kencang, batu melayang, dan ….. ah… pelipisku terkena batu tadi. Tiba-tiba ia teringat sesuatu.

“ Jamal !? bagaimana keadaannya ?!”

Doni lalu bangun dan turun dari tempat tidurnya sambil memegangi pelipisnya yang sakit. Tapi belum sampai kakinya menyentuh tantai, ia melihat seseorang berbaring telengkup, matanya orang tersebut terpejam. Wajahnya kelihatan sangat kelelahan.

“ Syukurlah dia baik-baik saja.”

Doni tidak jadi turun dari tempat tidur. Dia kembali berbaring. Pandangan matanya lurus kedepan menatap langit-langit kamar. Pikirannya menerawang. Memikirkan segala sesuatu yang telah lalui semenjak ia berstatus mahasiswa. Terlebih lagi selama ia menjadi anggota salah satu OPMK asal Maluku Utara di negeri Anging Mamiri ini.

“ Assalamu’alaikum,” seseorang memberi salam dari balik tirai.

“ Waalaikum’salam, masuk,” balas Doni.

Tirai sebelah kiri tersingkap. Seseorang muncul. Ternyata orang itu Rafi.

“ Eh kak Rafi, masuk kak.”

“ Hai Don, bagaimana keadaanmu? Sudah baikan ?”

“ Alhamdulillah sudah lumayan.”

“ Itu Jamal ?” Tanya Rafi ketika dilihatnya seseorang tidur telengkup dilantai.

“ Iya, sepertinya ia menungguiku sejak tadi. Oh ya, gimana kawan-kawan yang lain ?”

“ Oh ya hampir lupa. Mereka titip salam. Mereka masih sementara rapat di sekret. Setelah rapat baru mereka kesini.”

“ Oh…”

“ Don, menurutku kamu sudah menjadi seorang kakak yang sebenarnya,” ujar Rafi mengambil kursi dan duduk disamping tempat tidur.

“ Menjadi kakak ? maksudnya ?” Tanya Doni heran.

“ Yah… kamu tentu mau tahu alasannya mengapa aku berkata demikian. Iya kan ?”

“ Tentu.”

“ Baiklah, tapi sebelum aku menjelaskannya, aku ingin menceritakan sebuah kisah padamu. Dari kisah tersebut aku yakin kamu pasti bisa mendapatkan jawabnya.”

“ Ada satu keluarga kecil. Mereka terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki berumur kira-kira 1 tahun. Ibu anak itu sedang mengandung 9 bulan. Beberapa hari kemudian, sang ibu melahirkan bayi laki-laki. Sang anak pertama tadi merasakan suasana keluarganya mulai berubah. Ia yang dulunya selalu diurus oleh ibunya, kini diambil alih oleh ayah dan bibi-bibinya. Ibunya juga berhenti menyusuinya karena harus menyusui sang adik. Mulai saat itu, muncul kecemburuan sang kakak pada adiknya. Ia merasa hak-haknya direbut oleh sang adik. Ia yang seharusnya masih menyusu sampai berumur 2 tahun, terpaksa berhenti sebelum umurnya mencapai 2 tahun karena kehadiran adiknya.”

“ Tiga tahun kemudian, kedua adik kakak tadi tumbuh sehat, namun mereka selalu saja bertengkar setiap harinya, bahkan berkelahi. Kini sang kakak telah berumur 4 tahun, sementara adiknya 3 tahun. Suatu hari mereka berdua bermain dengan teman-teman mereka di lapangan bola depan rumah. Ketika sang kakak asik bermain, tiba-tiba sang adik berkelahi dengan teman sepermainannya. Lawan sang adik mengambil batu dan hendak melemparkannnya kearahnya. Sontak sang kakak beraksi. Ia berlari kearah sang adik dan langsung berdiri didepanya. Ia melindungi adiknya. Batu yang tadinya akan mengenai sang adik kini mengenai hidung sang kakak. Darah merembes dan sang kakak langsung menangis dengan kencang. Melihak kakaknya terluka, sang adik langsung balik menyerang lawannya dan berhasil membuatnya juga menangis.”

“Keesokan harinya, kedua kakak beradik tadi kembali bertengkar. Sang kakak memukul sang adik. Begitu pula sang adik balas memukul kakaknya. Kebiasaan itu berlangsung hingga mereka dewasa. Selesai,” ujar Rafi mengakhiri ceritanya. “ bagaimana ? kamu mendapatkan bayangannya ?”

“ Belum,” jawab Doni menggeleng. “ Apa hubungannya cerita tadi dengan perkataan kakak bahwa saya telah menjadi seorang kakak?”

“ Cerita tadi adalah perumpamaan kamu dan teman-teman angkatanmu dengan Jamal dan teman-teman angkatannya.”

“ Kami dan angkatan baru ?” Doni mencoba memahami perkataan Rafi. “ aha… saya paham sekarang,” lanjutnya bersemangat.

“ Coba jelaskan.”

“ Kakak mengumpamakan sang kakak tadi adalah saya dan teman angkatan saya. Sedangkan sang adik adik adalah Jamal dan teman angkatannya. Kemudian kakak menghubungkannya kejadian ketika mereka berumur 4 dan 3 tahun dengan kejadian yang terjadi pada saya dan Jamal. Begitu kan ?”

Excellent. Ternyata kamu sangat jeli. Kedua kakak beradik tadi tidak akan pernah hidup dengan akur jika mereka hidup bersama. Mereka selalu bertengkar, karena sang kakak menganggap adiknya telah merebuut haknya. Sementara sang adik menganggap sang kakak sok tahu dan suka menguasai. Tapi ketika salah satu dari mereka disakiti orang, maka yang yang lainnya pasti akan melakuan segala hal untuk melindungi. Walaupun ia yang akan terkena dampaknya. Mengapa sang kakak dicerita tadi bela-belain melindungi adiknya ? meskipun ia dan adiknya sering berkelahi ? semua itu tidak lain karena mereka berdua adalah saudara sedarah dan berasal dari ibu yang sama, yaitu ibu mereka berdua.”

“ Begitu juga yang terjadi padamu dan Jamal hari ini. Mengapa kamu mempertaruhkan keselamatanmu demi Jamal ? orang lain pasti akan menjawab karena sebagai manusia kamu harus saling menolong. Atau juga kalian adalah sesama muslim dan sebagainya. Tapi aku yakin kamu tidak akan bereaksi seperti tadi jika pria bermotor tadi bukan Jamal. Benar begitu kan ?”

“ Entahlah….”

“ Hal itu karena apa Don ? karena kalian adalah saudara seibu seperti kedua kakak beradik tadi.”

“ Saudara seibu ? bagaimana mungkin ? saya punya ibu. Jamal juga punya ibu sendiri. Jadi bagaimana mungkin kami saudara seibu?”

Rafi tersenyum.

“ Saudara seibu yang aku maksudkan disini bukan dalam arti yang sebenarnya. It just a dicksi. Kakak beradik tadi adalah saudara seibu karena mereka berasal dari ibu yang sama, yaitu ibu mereka. Sedangkan kamu dan Jamal adalah saudara seibu karena kalian juga berasal dari ibu yang sama juga, ibu kalian yaitu Tidore.”

“ Ah…! Saya paham sekarang. Kenapa saya tidak berpikir sampai kesitu ya.”

Kring……kring……kring……

Handphone Rafi memekik. Ia mengangkatnya dan berbicara sebentar.

“ Doni, aku keluar sebentar. Teman-teman ada didepan. Mereka tidak tahu ruanganmu jadi mereka memintaku keluar dan menunjukkan jalan keruangan ini. Aku jemput mereka dulu ya… eh bangunkan Jamal tuh.”

“ Biar sajalah kak, dia pasti kelelahan. Biarkan dia istirahat.”

“ Ya sudah,” ujar Rafi kemudian berlalu.

Doni mendesah perlahan. Dipalingkan wajahnya menatap Jamal yang mulai mendengkur pelan.

“ Aku dan teman-teman angkatanku akan coba menjadi kakak yang baik bagi kamu dan teman-teman angkatanmu. Tapi kami belum akan mengakui kalau kalian lebih hebat dari kami, adik!!!,” gumam Doni sembari menyungging sebuah senyuman.(*)

***


* Aktivis Forum Lingkar Pena (FLP) Sulsel & HIPMIN Makassar




Monday, February 16, 2009

The Spicy Island



Tidore and Maitara Island

You know what picture is above? Yupz, that is Tidore and Maitara Islands. On the front is Maitara and the last is Tidore. Have You had more information about Tidore Archipelago? what??? not yet??? hah???

Are you sure that you don't know what, where and how is Tidore? fuih.... ok, I'll try to describe about my Lovely island, Tidore. But before that, you should look our money 1000 rupiah and read the picture in it. after that I promise I'll tell to you the story of Tidore Archipelago. So, just wait me. I'll be back.

To Be Continue...............

Thursday, February 05, 2009

Uring-uringannya Orang

Oleh : Ummu Syahidah A.R Badar*


Assalamu Alaikum Warahmatullahi wabarakatuh.

Ini ceritaku tentang mereka, para penghuni Kota Daeng. Aku tak memintamu untuk membacanya jikalau kamu tak berminat. Aku tak akan memaksa, bukankah hak-hak warga negara ini telah disahkan dalam bentuk undang-undang? Jadi tidak perlu khawatir teman (aku memanggilmu teman bukan karena aku adalah si Bolang, bukan sama sekali. Aku memanggilmu Teman karena itu adalah salah satu kata yang ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang bebas dimiliki warga negara Indonesia dan berarti itu adalah hak aku juga kan? Jadi tidak boleh diprotes. Kamu cukup terima saja), aktivis Hak Asasi Manusia sudah lumayan banyak di negeri ini, jadi walaupuan kamu menolak mendengar ceritaku, kamu pasti akan dibela. So, santai bato, takoho ifa. Oke mantap???

Baiklah, aku tak akan membuatmu menunggu. Aku akan mulai bercerita. Cerita ini hanyalah sekedar tumpahan kata-kata yang telah seminggu lebih uring-uringan padaku meminta diproduksi, tapi karena aku lumayan sibuk beberapa hari belakangan ini. Jadinya, baru kali ini kesampaian. Sekarang kamu senangkan cerita? Aku sudah mulai menceritakan ceritamu pada orang-orang. Jadi berhentilah menggangguku sebentar malam.

Seperti biasa waktu terbanyakku dihabiskan dalam pete-pete (baca ; angkot). Begitulah, aku tidak memiliki kendaraan pribadi. Makanya si pete-pete lah kendaraan pribadiku yang bisa aku beli dengan harga 3 ribu rupiah. Jangan katakan kalau kamu mau bertanya aku beli kendaraan ini dimana hingga semurah itu, karena aku yakin kamu paham apa maksudku diatas. Baik, aku lanjutkan ceritanya.

Hujan sepertinya tidak pernah bosan menyambangi Makassar setiap harinya. Membuat hati yang lumayan mendung menjadi mendung betulan karena sang surya tak memberikan senyumannya. Aku baru saja selesai menghadiri satu majelis yang bernama “Kuliah”. Capek sekali rasanya tubuh ini. Maklum jarak rumahku ke tempat berlangsungnya “Kuliah” lumayan jauh, dua kali nyambung pete-pete. Tapi walaupun dibelakang capek ada ngantuk, pusing, dan pegal yang membuntuti, aku tidak mengeluh. Bukan hanya karena “Kuliah” itu merupakan bagian perjanjianku dengan kedua idolaku di Tidore sana, tapi juga karena sebagai Umat Sang Revolusioner Dunia yang paling terkenal, Nabiyullah Muhammad SAW, kita diharapkan untuk jangan terlalu sering mengeluh jika apa yang kita keluhkan adakah suatu kewajiban. Makanya aku tidak mengeluh. Atau setidaknya belum mau mengeluh, karena aku tahu pasti, “kuliah” itu adalah kewajibanku terhadap idolaku dan aku telah membuat perjanjian dengan mereka. Bukankah berjanji dan tidak menepatinya adalah ciri-ciri manusia munafik? Dan aku tidak mau menjadi manusia munafik.

Wah..sepertinya aku terlalu banyak memutar nalar kamu. Aku minta maaf kalau kamu merasa diputar-putar. Aku hanya ingin menulisnya, makanya aku tulis. Jadi kamu tidak usah pusing. Cukup baca saja. OK.

Dari jendela pete-pete yang kacanya begitu tahan ditampar air-air langit, aku mendapati mereka-mereka. Aku menangkap harapan-harapan dalam raut mereka. Yah... sekali lagi HARAPAN. Selama satu tahun lebih aku menghuni kota ini, kata berhuruf kapital yang kutulis diatas selalu saja mengikutiku dimanapun aku berada. Di pinggir jalan, di lorong-lorong, di kemudi pete-pete, diemper-emper toko, di pasar, di kamar,dan dimana-mana karena aku tidak bisa menyebutkannya satu-satu. Terlalu banyak. Jadi yang kusebutkan itu adalah garis besarnya. Wajah-wajah penuh harap itu adalah milik daeng-daeng becak yang magkal di hampir sepanjang garis jalan-jalan kota. Kerut-kerut penuh harap itu kepunyaan penjaja makanan yang berputar-putar dilorong-lorong sempit sambil berteriak. Muka-muka penuh harap itu adalah hak supir-supir pete-pete yang setiap hari berkelahi melawan waktu untuk mengejar setoran. Raut-raut penuh harap itu mendiami Pedagang Kaki Lima yang duduk bersila dalam potongan-potongan kardus, seng, dan tripleks di emper-emper toko. Bentuk-bentuk penuh harap itu adalah teman mereka yang menanti seseorang memborong apa yang mereka gelar diatas koran bekas di pasar. oho... ternyata harap juga mendampingiku ketika aku memandangi rupaku didepan kaca dalam kamar. Akhirnya aku punya satu kesimpulan yang tidak bisa diganggu gugat, kamu atau siapapun tidak boleh mengganggunya. Kamu bertanya kenapa? Hey... apakah kamu lupa? Itu adalah hakku. Jadi jangan membantah. Karena aku yakin kamu pun pasti akan angguk sepakat dengan kesimpulanku.

Kesimpulanku begini. Ternyata semua makhluk ciptaan sang Maha Agung, Allah SWT, memiliki, menyimpan, dan berencana melaksanakan sesuatu yang namanya HARAPAN. Mulai dari Manusia yang notabenenya adalah Khalifah, Hewan dan tumbuhan yang tujuan diciptakan untuk memenuhi kebutuhan sang khalifah, mikroorganisme yang hidupnya tak terpisahkan dari sang khalifah, mengetahui bagaimana rasanya berharap. Maka, berharaplah kamu akan sesuatu. Karena berharap adalah fitrahmu. Tapi ingat, jangan berharap sesuatu yang akan menjerumuskan kamu dan menjauhimu dari cahaya Ilahi Rabbi. Sangat berbahaya. Lebih dari Ekstrim balasannya nanti.

Sekian.......!!! itulah ceritaku. Bagus tidak??? bagus...bagus..., lumayan...lumayan..., jelek banget sih...,. Terserah kamu mau pilih yang mana. Karena itu hak kamu kan. Jadi aku tidak akan mencampuri ataupun memaksamu. Tapi yang paling penting kamu telah membacanya. Cihuuuiiiii......

Eh,,, cukup dulu ya. Aku mau istirahat. Mata ini sudah tidak mau kompromi lagi. Jadi,

wassalamuálaikum warahmatullahi wabarakatuh.[]

Makassar, 5 Februari 2009
21.14 WITA

*Aktivis Forum Lingkar Pena (FLP) Sulsel & HIPMIN Makassar

Tuesday, February 03, 2009

Estafet Tala'salapang 2 No.1




Satu hajatan besar pelajar-pelajar Tidore di Makassar baru saja dilewati. Namanya Gelar Pelatihan Kepemimpinan (GPK) X atau setara LK 2 dalam organisasi. Tradisi rutin dalam keluarga Himpunan Pelajar Mahasiswa Indonesia Nuku (HIPMIN) Makassar setiap tahunnya.

Teman-teman Momole 08 yang baru secara resmi bergabung September tahun lalu dalam keluarga ini didaulat sebagai pesertanya. Musin Final (Ujian Akhir Semester) ternyata tak menyurutkan niatan teman-teman itu untuk membentuk kepribadiannya dan menunjukkan kecintaan mereka pada organisasi primordial ini melalui GPK.

Dari empat puluh lebih anggota yang terjaring, sembilan belas manusia-manusia haus ilmu berhasil melewatinya. Tidak sia-sia proses screening yang melelahkan selama sepekan lebih di pondokan putri Dirgantara No.27 digelar untuk peroleh calon-calon penerus Hak Asasi Manusia, Kerakyatan dan Kebudayaan itu.

Ngantuk dan mata memerah dari ke-19 teman-teman itu kala mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dari sejak terbenamnya sang surya hingga surya kembali menyapa, sungguh menunjukkan ke-loyalitas-an mereka terhadap lembaga yang lahir 37 tahun lalu ini. Dipundak mereka kelak akan dititipkan warisan dan amanah untuk merawat dan memelihara rumah ini.

Harapan-harapan bermunculan dari segala pihak untuk membawa keluarga sang insirator NUKU menuju kejayaan seperti dahulu. Untuk tetap menggaungkan Semoga Dipanjangkan Usia Zaman dalam Selamat, Sejahtera dan Sentosa..... dibumi Hasanuddin.

Aku tak ingin banyak berkomentar. Hanya harap senantiasa terpatri dalam dada untuk adik-adikku itu, semoga ilmu yang berhasil diserap bisa bermanfaat bagi orang banyak terutama untuk menjaga keluarga kecil ini dari tangan-tangan tak bertanggung jawab. Karena kamu tahu dik, “hidupmu hanya akan bermakna jika kamu berguna bagi orang lain”. Aku yakin kamu pasti bisa berdiri tegak menyongsong tanggung jawab itu. Yah.... Semoga!


Salam hangat

Ummu Syahidah A.R Badar